Siapa
Pahlawan Yang Sesungguhnya?
Setiap
tanggal 10 November selalu kita peringati hari pahlawan. Jika kita
mendengar kata pahlawan ingatan kita akan membayangkan para pejuang
yang telah gugur dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Memori kita
menggambarkan pahlawan adaah mereka yang berjuang mengusir penjajah
dengan mengangkat senjata. Tapi jika membandingkan dengan kondisi
saat sekarang, timbul pertanyaan siapakah pahlawan yang sesungguhnya
saat ini?. Pahlawan menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbannya dalam
membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Jika dari definisi
ini kita kaitkan dengan dengan kondisi bangsa Indonesia dewasa ini.
Maka saya tidak terlalu yakin akan banyak orang atau pihak yang
pantas disebut pahlawan. Saat ini tentu sangat sulit menemukan mereka
yang layak disebut pahlawan menurut definisi KBBI diatas.
Memang
kondisi negara ini dari hari - hari kehari tidak bertambah baik
walaupun kita sudah menjadi bangsa yang merdeka. Kondisi saat ini
jauh sekali dari cita - cita para founding fathers termasuk apa yang
diperjuangkan para pahlawan. Kita belum benar - benar menjadi bangsa
yang merdeka dalam arti yang sesungguhnya.
Di
bidang politik kita belum seutuhnya berdaulat. Pemerintah tak selalu
mendengarkan suara rakyatnya. Yang ironis malah pemerintah lebih
mendengarkan suara - suara kepentingan negara - negara besar macam AS
dan sekutunya. Lembaga eksekutif dan legislatif kadang tak lebih
sebagai ikatan kongkalingkong belaka. Lembaga yang memiliki kekuasaan
yang besar tapi seolah - olah tumpul saat berurusan dengan
kepentingan rakyat. Lembaga yudikatif pun demikian, tak ubahnya
kumpulan para mafia, mafia yang mempermainkan keadilan dan kepastian
hukum bagi rakyat. Sikap ara pejabatnya pun jauh sekali dari apa yang
layak disebut pahlawan. Mereka bukannya sibuk berkorban untuk
kepentingan rakyatnya, tapi sebaliknya malah sibuk berkorban untuk
kepentingannya sendiri, sibuk memperkaya diri - sendiri dan kroni -
kroninya.
Di
bidang ekonomi kita pun belum berdikari seperti yang dikatakan Bung
Karno dalam Trisaktinya. Ekonomi kita lebih berpihak pada kepentingan
para pemilik modal. Para pemilik modal baik asing maupun lokal selalu
lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Mungkin rezim pemerintah
yang sekarang ini berkuasa sangat bangga dengan tingkat perekonomian
yang diraih saat ini. Pujian - pujian yang diterima dari lembaga -
lemabaga keuangan dan investasi kapitalisme atas membuat pemerintah
merasa dirinya telah sukses dalam membangun perekonomian bangsa ini.
Tapi ingat, perekonomian kita tak lebih dari penghisapan kekayaan
oleh para pemilik modal. Sektor - sektor ekonomi seperti energi dan
pertambangan, pangan serta keuangan kita didominasi oleh asing. Dari
kondisi ini, sangat jauh dari apa yang diperjuangkan para pahlawan
bahwa merdeka bukan hanya secara politis tapi juga merdeka dalam arti
ekonomi.
Kepribadian
bangsa kita pun saat ini juga jauh dari nilai - nilai asli jatidiri
kita seperti yang terdapat dalam Pancasila. Kepribadian kita saat ini
didominasi kepribadian yang hedonis, materialistis, dan anarkis.
Begitu pula nilai - nilai gotong royong semakin jauh dari nilai hidup
bangsa ini, yang ada nilai individualistis yang semakin menggerogoti.
Padahal para pahlawan berjuang agar kita bisa menjadi bangsa yang
bisa hidup merdeka dengan kemerdekaan kepribadian sesuai jatidiri
bangsa Indonesia sendiri.
Dari
pertanyaan yang menjadi titik sentral tulisan ini mengenai siapa
pahlawan yang sesungguhnya saya rasa jawaban yang bisa diberikan
adalah jawaban dari diri kita masing - masing. Apakah dari sikap dan
tingkah laku kita sudah mencerminkan dan merefleksikan untuk layak
disebut pahlawan, Jika sikap dan tingkah laku kita masih dipenuhi
oleh kebohongan, malas, individualistis, hedonis dan oleh perilaku -
perilaku yang tidak menunjukan sikap - sikap kepahlawan, maka kita
sama sekali belum memaknai dan menghayati apa arti dan siapa
pahlawan yang sesungguhnya.