MY PAGE

Senin, 19 November 2012

Siapa Pahlawan Yang Sesungguhnya?

    Setiap tanggal 10 November selalu kita peringati hari pahlawan. Jika kita mendengar kata pahlawan ingatan kita akan membayangkan para pejuang yang telah gugur dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Memori kita menggambarkan pahlawan adaah mereka yang berjuang mengusir penjajah dengan mengangkat senjata. Tapi jika membandingkan dengan kondisi saat sekarang, timbul pertanyaan siapakah pahlawan yang sesungguhnya saat ini?. Pahlawan menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Jika dari definisi ini kita kaitkan dengan dengan kondisi bangsa Indonesia dewasa ini. Maka saya tidak terlalu yakin akan banyak orang atau pihak yang pantas disebut pahlawan. Saat ini tentu sangat sulit menemukan mereka yang layak disebut pahlawan menurut definisi KBBI diatas.

     Memang kondisi negara ini dari hari - hari kehari tidak bertambah baik walaupun kita sudah menjadi bangsa yang merdeka. Kondisi saat ini jauh sekali dari cita - cita para founding fathers termasuk apa yang diperjuangkan para pahlawan. Kita belum benar - benar menjadi bangsa yang merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

   Di bidang politik kita belum seutuhnya berdaulat. Pemerintah tak selalu mendengarkan suara rakyatnya. Yang ironis malah pemerintah lebih mendengarkan suara - suara kepentingan negara - negara besar macam AS dan sekutunya. Lembaga eksekutif dan legislatif kadang tak lebih sebagai ikatan kongkalingkong belaka. Lembaga yang memiliki kekuasaan yang besar tapi seolah - olah tumpul saat berurusan dengan kepentingan rakyat. Lembaga yudikatif pun demikian, tak ubahnya kumpulan para mafia, mafia yang mempermainkan keadilan dan kepastian hukum bagi rakyat. Sikap ara pejabatnya pun jauh sekali dari apa yang layak disebut pahlawan. Mereka bukannya sibuk berkorban untuk kepentingan rakyatnya, tapi sebaliknya malah sibuk berkorban untuk kepentingannya sendiri, sibuk memperkaya diri - sendiri dan kroni - kroninya.

     Di bidang ekonomi kita pun belum berdikari seperti yang dikatakan Bung Karno dalam Trisaktinya. Ekonomi kita lebih berpihak pada kepentingan para pemilik modal. Para pemilik modal baik asing maupun lokal selalu lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Mungkin rezim pemerintah yang sekarang ini berkuasa sangat bangga dengan tingkat perekonomian yang diraih saat ini. Pujian - pujian yang diterima dari lembaga - lemabaga keuangan dan investasi kapitalisme atas membuat pemerintah merasa dirinya telah sukses dalam membangun perekonomian bangsa ini. Tapi ingat, perekonomian kita tak lebih dari penghisapan kekayaan oleh para pemilik modal. Sektor - sektor ekonomi seperti energi dan pertambangan, pangan serta keuangan kita didominasi oleh asing. Dari kondisi ini, sangat jauh dari apa yang diperjuangkan para pahlawan bahwa merdeka bukan hanya secara politis tapi juga merdeka dalam arti ekonomi.



     Kepribadian bangsa kita pun saat ini juga jauh dari nilai - nilai asli jatidiri kita seperti yang terdapat dalam Pancasila. Kepribadian kita saat ini didominasi kepribadian yang hedonis, materialistis, dan anarkis. Begitu pula nilai - nilai gotong royong semakin jauh dari nilai hidup bangsa ini, yang ada nilai individualistis yang semakin menggerogoti. Padahal para pahlawan berjuang agar kita bisa menjadi bangsa yang bisa hidup merdeka dengan kemerdekaan kepribadian sesuai jatidiri bangsa Indonesia sendiri.

      Dari pertanyaan yang menjadi titik sentral tulisan ini mengenai siapa pahlawan yang sesungguhnya saya rasa jawaban yang bisa diberikan adalah jawaban dari diri kita masing - masing. Apakah dari sikap dan tingkah laku kita sudah mencerminkan dan merefleksikan untuk layak disebut pahlawan, Jika sikap dan tingkah laku kita masih dipenuhi oleh kebohongan, malas, individualistis, hedonis dan oleh perilaku - perilaku yang tidak menunjukan sikap - sikap kepahlawan, maka kita sama sekali belum memaknai dan menghayati apa arti dan siapa pahlawan yang sesungguhnya.